Ekologi Laut Tropis
OIL vs MANGROVE
Fatimah Maulida (230210110036)
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara
sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut
akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Menurut
Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sumber : www.google.com
Tumpahan minyak tentu berdampak
pada banyak hal, diantaranya, terhadap kondisi lingkungan laut, biota laut, dan
tentu saja berdampak pada ekonomi nelayan Indonesia yang setiap harinya
beraktivitas di daerah tersebut. Secara umum dampak langsung yang terjadi
adalah sebanyak 400 barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut
Timor per hari, permukaan laut tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah
masuk ke Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas
hidrokarbon terlepas ke atmosfer.
Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan
segera membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak
tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya
gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah
menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan
menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.
Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut
membuat minyak lebih padat atau berat dan membuatnya tenggelam. Komponen
hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan lebih tebal dan
melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah
karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi
jumlah minyak.
Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu cepat, ditambah
dengan penguapan komponen dan penyebaran komponen hidrokarbon akan mengurangi
volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa hari sejak pertama kali minyak
tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti gasoline atau kerosin hamper
semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan viskositas yang tinggi hanya
mengalami pengurangan kurang dari 25%.
Pencemaran minyak di laut
juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem
perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar
tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika
minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada
akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut.
Tumpahan minyak juga akan
menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutam mangrove
seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya. Tumpahan
minyak bumi di daerah ekosistem mangrove akan membentuk lapisan filem pada
permukaan air laut di daerah ekosistem mangrove, emulsi atau mengendap dan
diabsorbsi oleh sedimen-sedimen yang berada di dasar perairan laut. Minyak yang
membentuk lapisan filem pada permukaan laut di daerah yang akan menyebabkan
terganggunya proses fotosintesa dan respirasi organisme-organisme yang hidup di
dalam ekosistem mangrove. Proses fotosintesis akan terhalang pada zona euphotik
sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus.
Sementara minyak yang teremulsi dalam air akan mempengaruhi epitelial insang
ikan sehingga mengganggu proses respirasi. Lapisan minyak juga menghalangi
pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya
sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang
aerob. Sedangkan minyak yang terabsorbsi oleh sedimen di dasar perairan akan
menutupi lapisan atas sedimen tersebut sehingga akan mematikan organisme
penghuni dasar pada ekosisitem mangrove dan juga meracuni daerah pemijahan.
Komponen
minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada permukaan air laut yang
menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan
terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan
batuan-batuan di pantai. Hal ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan
dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan.
Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh terhadap reproduksi, perkembangan, dan pertumbuhan, dan perilaku biota laut yang ada di dalam ekosistem mangrove, terutama pada palnkton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan yang berakibat menurunnya devisa negara. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan terhadap pada lingkungan tercemar. Proses ini merupakan penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di wilayah tercemar.
Beberapa kasus pencemaran minyak telah menghancurkan
area mangrove serta daerah air payau secara luas. Hutan mangrove merupakan
sumber nutrien dan tempat pemijah bagi ikan, dapat rusak oleh pengaruh minyak
terhadap sistem perakaran yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, akan
tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Dan juga merusak
hewan dan tumbuh–tumbuhan yang hidup di batu-batuan dan pasir di wilayah pantai.
Sumber :
http://abr26-k1m14.blogspot.com/2011/04/pengaruh-pencemaran-minyak-terhadap.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/pengaruh-tumpahan-minyak-terhadap.html
http://furkonable.wordpress.com/2010/04/01/analisis-pencemaran-laut-akibat-tumpahan-minyak-di-laut/
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-mangrove.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar